Laman

Senin, 14 Januari 2013

Il Faraone Furioso


Muda, berbakat, dan berambut nyeleneh. Sepertinya itulah pendeskripsian yang cukup akurat untuk menggambarkan rising star milik AC Milan: Stephan El Shaarawy. Rambutnya yang seperti landak itu memang kelampau nyeni untuk ukuran pemain sepakbola. Sampai-sampai, seandainya ada award untuk pemain sepakbola dengan model rambut paling anti mainstream, barangkali El Sharaawy akan menjadi salah satu nominee-nya, bersaing ketat dengan Carlos Valderrama, Joleon Lescott, ataupun Taribo West.

Tapi kita tidak perlu berlarut-larut mengurusi seperti apa model rambut El Sharaawy seharusnya. Sebab kali ini, kita tidak sedang membahas rambut-rambut tajam milik El Shaarawy. Kita sedang membicarakan bagian lain dari El Shaarawy yang juga tak kalah tajam: finishing touch-nya. Ability yang sejauh ini berhasil mengantarkannya sebagai capocanonieri sementara Milan di Serie A, dengan torehan 14 gol.

Mencuatnya El Shaarawy sebagai talisman termutakhir milik AC Milan sejatinya tak semengejutkan penunjukkan Roy Suryo sebagai Menpora. Talenta besarnya sudah lama jadi buah bibir di kalangan media Italia — Shaarawy adalah pemain termuda keempat yang melakukan debut Serie A dengan usia 16 tahun 55 hari — sejak dua tahun lalu. Tapi menilik kiprahnya musim lalu, rasa-rasanya hanya sedikit orang yang berani bertaruh kalau The Little Pharaoh, begitu ia biasa dijuluki oleh Milianisti, akan bersinar terang dan mencetak banyak gol musim ini.

Petualangan El Shaarawy musim lalu sebetulnya tak bisa dibilang buruk. Sebagai pemain muda yang minim pengalaman di tim besar, Sharaawy berhasil mencetak empat gol dari 28 kali penampilannya bersama Rossoneri — mayoritas dengan turun sebagai pemain pengganti. Tapi, siapa yang bakal menyangka kalau dia akan meledak di musim ini, bahkan menjadi prima punta mematikan dengan torehan gol yang mampu bersaing dengan striker-striker kawakan Serie A macam Edinson Cavani atau Antonio Di Natale? Mari bertanya pada Massimo Ambrosini, Il Capitano AC Milan, yang beberapa waktu lalu kalah bertaruh menyoal jumlah gol yang akan dicetak El Shaarawy pada musim ini.

Di awal musim, Ambrosini memberi tantangan kepada Il Faraone apabila dirinya berhasil mencetak tujuh gol sebelum natal, Ambro akan mentraktir liburan musim panas El Shaarawy ke salah satu pegunungan di Italia. "If you score seven goals before Christmas, I will pay for your holidays," katanya waktu itu. Challenge Accepted, dan entah kebetulan atau tidak, El Sharaawy jadi rajin mencetak gol setelahnya.

Mulai dari cannonball ke gawang Udinese yang membuka rekening golnya, doppietta saat bersua Cagliari, dan berturut-turut setelahnya gawang Parma, Zenit St. Petersburg, Lazio, dan Genoa yang dijebol El Shaarawy, telah membuat dirinya berhasil mengerek laju Milan di pelbagai kompetisi serta mencapai target yang dipatok Ambrosini, bahkan sebelum Oktober berakhir. 

Tak ingin kalah dengan mudah, Ambrosini kemudian menaikkan betting limits-nya menjadi sepuluh gol, dengan iming-iming berupa liburan ke Kepulauan Karibia bagi Il Faraone. Gayung bersambut, dan hanya butuh satu bulan bagi dirinya untuk kembali membuat Ambrosini tepekur sekaligus tersenyum. Adalah getaran jala Palermo, Chievo, serta brace ke gawang Napoli lah yang memberi garansi bagi El Shaarawy agar bisa membuat kicauan semodel "Touchdown Carribean!" melalui akun twitter-nya pada Juni mendatang.

Perlahan tapi pasti, El Shaarawy mulai menapaki jalannya menuju bintang utama AC Milan. Total golnya yang sudah mencapai agka 17 di segala ajang, menyumbang sekitar 40% dari jumlah gol Milan, telah membawanya jadi semacam Robin van Persie-nya AC Milan. Dengan  labilnya penampilan attacante Milan lainnya, semisal Bojan Krkic dan Giampaolo Pazzini, otomatis hanya El Shaarawy lah satu-satunya striker yang bisa diandalkan Milan untuk jadi juru gedor saat ini. Belum lagi jika menghitung hengkangnya Alexandre Pato ke Corinthians pada winter break kemarin, urgensi Si Pharaoh Kecil jadi makin kentara di sana.

AC Milan memang tengah berada dalam masa transisi di musim ini. Hengkangnya bintang-bintang mapan dan veteran tak ubahnya proses meranggas yang melanda pepohonan pada musim kemarau. Dari mulai Zlatan Ibrahimovic, Andrea Pirlo, Thiago Silva, Pippo Inzaghi hingga Alessandro Nesta, adalah nama-nama yang mengantar Il Diavolo Rosso jadi kampiun Serie-A pada musim 2011/2012 namun sudah tak lagi jadi bagian mereka di musim ini. 

Kita sama-sama tahu, cepat atau lambat, dengan makin senjanya usia pemain-pemain veteran Milan dan kian kempisnya isi dompet Silvio Berlusconi yang dianggarkan untuk Milan, transisi ini memang bakal kejadian. Dan kita juga tahu, tak selamanya transisi bisa berjalan dengan mulus. Tapi selama El Shaarawy masih meneruskan performa gemilangnya, para fans Milan seharusnya tak perlu khawatir secara berlebihan soal masa depan klub kesayangannya. Sebab mereka, kini punya andalan baru yang siap mengemban tugas untuk memastikan transisi yang dijalani Milan tidak berlangsung dengan banal. Seorang pemain, yang kelak akan didengung-dengungkan namanya di seantero stadion, saban kali Milan bertanding.

Brace yourself, Il Faraone Furioso is coming!

Sabtu, 12 Januari 2013

Alternatif Tim Terbaik Dunia 2012, yang Tak Melulu dari La Liga


FIFA baru saja merilis sebelas nama pemain sepakbola yang, menurut mereka, paling pantas untuk mengisi daftar line-up tim terbaik dunia untuk tahun 2012. Dari sebelas nama yang mereka rilis, sulit rasanya untuk menyangkal bahwa pilihan mereka adalah pemain yang memang tampil gemilang di posisinya masing-masing sepanjang tahun 2012. Nama-nama seperti Lionel Messi, Radamel Falcao, Cristiano Ronaldo, Sergio Ramos, hingga Iker Casillas adalah sosok-sosok bertalenta tinggi yang memang pantas untuk mengisi daftar tersebut.

Satu yang sedikit membikin kita mengernyitkan dahi kala melihat daftar rilisan FIFA tersebut, barangkali, adalah fakta bahwa dari sebelas pemain tersebut, kesemuanya adalah pemain-pemain yang berkiprah di La Liga. Tidak ada yang berasal dari Premier League, Bundeslliga, Serie A, apalagi dari Liga Islandia. Bahkan, jika ditilik lebih spesifik lagi, sepuluh dari sebelas pemain tersebut, adalah jugador yang berasal dari dua kutub sepakbola Spanyol belaka : Barcelona dan Real Madrid. Hanya menyisakan Radamel Falcao seorang sebagai satu-satunya hipster, yang tak berasal dari golongan kaum classico.

Anda boleh saja sepakat, anda boleh saja mengkritik. Sebab pro dan kontra, memang sesuatu yang lumrah di dunia ini. Tapi untuk sekedar bersenang-senang, TPFC meluangkan waktunya untuk membikin daftar sebelas pemain, di luar pilihan FIFA, yang juga layak untuk diberi label terbaik di posisinya masing-masing. Hitung-hitung sebagai alternatif tim terbaik dunia, bagi mereka-mereka yang menganggap para panelis dari FIFA hanya menonton pertandingan sepakbola ketika laga El-Classico mentas saja. 

So, here they are with a 4-3-3 formation :

GK - Gianluigi Buffon - Italy / Juventus
Iker Casillas dan gelar kiper terbaik dunia memang sebuah keniscayaan untuk saat ini. Tapi penampilan Gianluigi Buffon di bawah mistar sepanjang 2012 juga bukan sesuatu yang biasa-biasa saja. Juventus diantarnya meraih scudetto tanpa pernah merasakan kekalahan sekalipun. Jumlah bola yang bersarang di gawangnya dalam semusim kompetisi Serie A pada musim lalu pun, tak kalah minim daripada kapasitas seorang Roy Suryo kala ditunjuk sebagai Menpora, hanya 16 gol. Ia juga turut andil membawa Gli Azzuri lolos ke final Piala Eropa 2012, sebelum akhirnya tumbang oleh Spanyol di partai puncak.

RB - Lukas Piszczek - Poland / Borussia Dortmund
Meraih gelar juara Bundesliga secara back-to-back bersama Borussia Dortmund, sekaligus (kembali) membikin Bayern Munich harus puas hanya jadi runner-up, barangkali tidak cukup untuk menjustifikasi seorang Lukas Piszczek sebagai seorang bek kanan yang brilian. Pergerakannya yang liat kala overlap, plus kemampuan mumpuninya dalam bertahan, membuatnya jadi salah satu pemain yang paling fasih memerankan role sebagai fullback modern. Empat gol dan tujuh assist, berbanding perolehan satu kartu kuning di sepanjang musim lalu adalah bukti sahih kehebatannya, sekaligus membuat kita jadi bertanya-tanya, merek rokok apa yang dihisap panelis FIFA kala memilih Dani Alves sebagai bek kanan di tim terbaik dunia 2012.

CB - Vincent Kompany - Belgium / Manchester City
Manchester City sejak dulu terkenal dengan pertahanan mereka yang rentan ditembus, bak tulang manusia yang terkena osteoporosis. Tapi musim lalu anomali terjadi. Mencetak gol ke gawang City adalah sebuah hal yang tak pernah mudah, bahkan untuk tim sekelas Manchester United sekalipun. Dan Vincent Kompany adalah sosok yang paling bertanggung jawab atas hal tersebut. Penampilannya yang lugas dan cermat dalam mengantisipasi serangan lawan, adalah salah satu kunci yang mengantar The Citizen berhasil menggondol mahkota juara Premier League musim lalu. Satu golnya ke gawang United dalam laga derby, adalah momen yang jadi tonggak kebangkitan City dalam mengejar defisit poin dari United.

CB - Jan Vertonghen - Belgium / Ajax Amsterdam = Tottenham Hotspur
Memasukkan Vertonghen ke dalam formasi tim terbaik dunia barangkali sedikit debatable. Ia tidak tampil di panggung Euro karena Belgia memang tidak sanggup lolos dari fase kualifikasi. Lain dari itu, Vertonghen juga hanya bermain di kompetisi Eredivisie yang kualitas persaingannya tak semengkilap Premier League, La Liga, ataupun Serie A. Makanya, gelar juara yang diraihnya bersama Ajax  musim lalu tak bisa dibilang cukup mentereng untuk dimasukkan ke dalam curiculum vitae. Tapi yang bagus harus tetap dinilai bagus, dan musim lalu, penampilan Vertonghen memang prolific dalam menggalang pertahanan De Godenzonen. Total 42 caps dengan catatan 10 gol di sepanjang musim lalu, sama sekali bukan catatan yang buruk untuk seorang bek tengah.

LB - Phillip Lahm - Germany / Bayern Munich
2012 barangkali bukan tahun yang ingin dikenang oleh Phillip Lahm. Mengapteni Bayern Munich dan tim nasional Jerman, Lahm harus puas tak meraih satu gelar juara pun pada musim lalu. FC Hollywood hanya mampu diantarnya jadi runner-up di segala ajang yang diikutinya. Sementara bersama Die Nationalmanschaft, Lahm hanya sanggup bertahan sampai fase semifinal. Meskipun demikian, harus diakui, Lahm adalah salah satu performer yang paling konsisten penampilannya musim lalu. Bahkan meski kerap bolak-balik berganti posisi antara menjadi bek kanan atau bek kiri.

DM - Sergio Busquets - Spain / Barcelona
Seperti kata Pangeran Siahaan dalam tulisannya, kebanyakan orang-orang memang hanya mampu mengingat Sergio Busquets atas kelakuan-kelakuan tidak terpujinya saja. Padahal, Busquets adalah instrumen penting bagi permainan tiki-taka milik Barcelona, yang kemudian juga turut diduplikasi oleh Vicente Del Bosque di timnas Spanyol. Golden Triangle-nya bersama Xavi Hernandez dan Andres Iniesta, adalah jaminan atas penguasaan ball possesion di lapangan tengah, tak peduli siapapun lawan yang dihadapi. Selain kembali meraih juara Piala Eropa bersama Spanyol, salah satu highlight istimewa dalam perjalanan Busquets musim lalu adalah ketika dirinya dimainkan pada posisi hibrida half back oleh Pep Guardiola.

CM - Andrea Pirlo - Italy / Juventus
Andrea Pirlo adalah filsuf ranah sepakbola. Umpan-umpan akuratnya adalah upaya dekonstruksi paling menakutkan bagi teori bertahan milik tim manapun. Usianya yang kian senja, hal yang membuat Milan melepasnya ke Juventus dengan status free transfer, nyatanya tak mampu membatasi talenta brilian yang bersemayam dalam dirinya. Justru dengan usia yang makin menua, Pirlo semakin menjadi-jadi. Tak ubahnya sebotol wine yang makin nikmat untuk ditenggak bila semakin berumur. Gelar juara Serie A bersama Juventus dalam rekor unbeaten semusim, plus menapak laga final Euro adalah torehan yang dicapainya sepanjang musim lalu. Oh, jangan lupakan juga soal Panenka's chip-nya ke gawang Joe Hart. Pure class effin a!

CM - Yaya Toure - Ivory Coast / Manchester City
Simak dengan cermat seluruh pertandingan Manchester City musim lalu dimana Yaya Toure dimainkan, dan anda akan menemukan similaritas antara orang keturunan Cina dengan seorang Yaya Toure: mereka sama-sama ada di mana-mana. Physical presence-nya yang beringas, akurasi umpan dan tembakan yang prominen, serta stok stamina yang seolah tak habis-habis, membuat Toure punya segala hal yang dibutuhkan seorang box-to-box midfielder untuk menyelusuri tiap inci lapangan guna memperebutkan bola. Keberadannya di posisi 9 dalam 100 pemain terbaik dunia versi situs Guardian, rasa-rasanya bukan sebuah hal yang keliru.

ST - Edinson Cavani - Uruguay / Napoli
Di tengah eksodus beberapa pemain besar yang melanda Serie A beberapa tahun belakangan, Edinson Cavani justru menemukan masa-masa kejayaannya di Naples. Napoli, bersama Marek Hamsik dan Ezequiel Lavezzi, dibawanya jadi poros kekuatan baru Serie A dengan menjuarai Coppa Italia dan lolos dari fase grup Liga Champions. Total 33 golnya musim lalu membuat tatanan rambut gondrongnya yang selalu acak-acakan itu bisa sedikit dimaafkan.

ST - Robert Lewandowski - Poland / Borussia Dortmund
Sejak kepergian Jan Koller bertahun-tahun lalu, lini depan Dortmund tidak pernah sama lagi. Pemain-pemain datang dan pergi, tapi tak satupun berhasil membawa garansi bagi tajamnya penyerangan Die Schwarzgelben. Sampai kemudian Robert Lewandowski datang dan membawa perubahan. Total 59 gol yang dicetaknya selama 3 musim berkostum Dortmund membuatnya jadi talisman baru bagi Dortmund. Musim lalu adalah musim terbaiknya dimana Ia mencetak 30 gol untuk membawa Dortmund jadi kampiun Bundesliga dan DFB Pokal. Dan sejak saat itulah, Doing a Lewy menjadi frasa baru yang jamak digunakan oleh para fans Dortmund sebagai padanan kata untuk "mencetak gol".

ST - Robin van Persie - Holland / Arsenal = Manchester United
Mencetak 34 gol musim lalu bagi Arsenal dan kini 20 gol, hingga paruh musim, bagi Manchester United sudah cukup menceritakan kualitas dari Robin van Persie. Chant dari suporter yang berbunyi: "He scores when he wants" memang selayaknya tersemat untuk seorang RVP. Because he really fuckin' scores, when he wants.

Through Pass for Chicharito alternative Best XI 2012

* Honorable Mentions :

GK - Petr Cech - Czech Republic / Chelsea
CB - Thiago Silva - Brazil / AC Milan = Paris Saint Germain
AMF - Mesut Oezil - Germany / Real Madrid
CF - Mario Gomez - Germany / Bayern Munich